Sabtu, 22 Februari 2014

Lagu dangdut dan anak-anak ???

Pagi ini, saat menidurkan Alesha (9m), terdengar suara mic dicoba tes 1, 2 3 dari rumah tetangga, saya kira mau ada acara pengajian atau lainnya, ternyata hanya untuk karaoke anaknya. Suaranya kenceng bo', kaya mau hajatan, padahal rumah saya di desa lho....halaman luas dan jarak dengan rumah tetangga lumayan jauh :'(, ini adalah salah satu duka tinggal di desa, toleransinya kurang karena masyarakat cenderung homogen sehingga tidak terbiasa dengan perbedaan sehingga tidak terbiasa untuk menghormati perbedaan (dalam hal ini perbedaan selera musik tentunya). Mereka tidak mempertimbangkan hak orang lain yang mungkin terganggu dengan suara musik strereo yang mereka nyalakan.
Oke lupakan soal toleransi di atas, yang lebih saya cermati adalah ternyata lagu yang dinyanyikan oleh si anak (yang terdengar sampai kamar saya yang letaknya di belakang) adalah lagu dangdut yang sekarang sedang 'in' karena menjadi soundtrack sebuah acara di salah satu TV swasta di Indonesia. Diawali dengan  oplosan, pokoke joged dan entah apa lagi judulnya. Terlepas dangdut bukan selera musik saya, saya sangat prihatin, miris bahkan sedih dengan fenomena anak-anak sekarang yang lebih mudah hafal lagu-lagu orang dewasa dibanding lagu anak-anak. Parahnya lagi, lirik lagu dangdut 'masa kini' seringnya kasar/jorok atau apa ya istilahnya...bikin risih telinga yang dengarlah intinya :'( Rasanya sulit sekali menemukan anak-anak yang suka karaoke lagu anak-anak yang sesuai usia mereka, misalnya  balonku ada lima, kupu-kupu yang lucu, pelangi, bintang kecil apalagi twinkle twinkle little star ya :'(
Pertanyaan saya, kok orang tua mereka santai ya bahkan bangga kalo anakknya berani karaoke lagu dangdut terbaru (minggu lalu waktu belanja di swalayan, ada anak usia sekitar 6-7 th dapat hadiah karena berani nyanyi lagu 'buka sithik joss' dan ibu ayahnya memeluk trus menciumi anaknya karena dapat hadiah). Apa yang ada di benak pikiran mereka dengan kemampuan anaknya menghafal lagu dangdut yang 'kebanyakan' liriknya (maaf) kurang patut untuk didengar? Tahukah mereka isi lirik lagu-lagu tersebut sedikit banyak akan meracuni pola pikir mereka nantinya? bahwa anak-anak mereka akan tumbuh lebih cepat daripada seharusnya, bahwa masa kanak-kanak mereka mungkin akan berlalu tanpa mengenal dunia anak karena mereka sudah langsung melompat ke dunia dewasa dan lebih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain. 
Saya memang orang tua baru, anak saya baru 9 bulan, tapi saya ngeri kalau anak saya sering mendengar lagu dangdut masa kini yang saya saja sebagai orang dewasa malu untuk mendengarnya, apalagi anak yang belum mengerti banyak hal, yang seharusnya otaknya diisi dengan hal-hal baik, positif dan membangun karakternya. Soal selera musik memang hak masing-masing orang, tetapi menurut saya alangkah lebih baiknya jika sebagai orang tua kita lebih bijaksana dalam mengenalkan keragaman jenis musik/lainnya. Televisi sebagai media murah meriah memang sulit dibendung pengaruhnya tanpa komitmen dari keluarga, misal orang tua dan anak serta anggota keluarga lainnya sepakat tidak menonton acara untuk orang dewasa jika anak sedang di rumah atau selalu mendampingi anak saat mereka menonton televisi. Menyalahkan mediapun sulit karena mencari keuntungan sudah menjadi tujuan mereka tanpa mempertibangkan dampak(tampaknya). Saya jadi rindu masa kecil saya dulu di mana ada jam khusus untuk tontonan anak-anak, lagu anak-anak dan semua sepertinya ditanyangkan di jam sesuai usia. Tapi kok naif rasanya jika saya membandingkan dunia zaman dulu dengan sekarang. Biarlah zaman berganti, acara televisipun otomatis berganti, biar saja, kita yang menjadi manusia (makhluk yang bisa berpikir dan bermoral) yang harus lebih bijaksana dalam memilihkan tontonan, lagu dan apa saja untuk anak-anak kita. Ingin rasanya mendengar anak-anak menyanyi cicak-cicak di dinding, pamanku datang, dan lagu anak-anak lainnya, bukan oplosan dan kawan-kawannya.
Mohon maaf, tidak maksud saya menilai negatif pada semua lagu dangdut atau para penggemar musik tsb tapi dampak pada anak-anak yang sangat saya sesalkan. Ingin saya memproteksi anak saya agar tidak mendengar musik-musik yang tidak sesuai dengan usianya, tapi apa mungkin saya mengurungnya di dalam rumah sepanjang hari? atau memasang tembok kedap suara? atau lebih ekstrim lagi pindah dari rumah saya sendiri demi menghindari pengaruh buruk lingkungan? jawabnya tentu tidak. Saya akan berusaha mengenalkan lagu anak-anak untuk anak saya, meminimalisir bahkan men-skip acara-acara TV yang ada musik dangdutnya bahkan tidak memperbolehkannya menonton televisi dan membatasi pergaulannya dengan anak-anak sekitar yang (maaf) sudah terkontaminasi seleranya dengan musik dangdut masa kini. Bagi sebagian besar orang mungkin musik dangdut memang mudah dicerna bahasanya, merakyat sampai ke lapisan paling bawah masyarakat dan murah meriah, tapi (maaf) tidak untuk saya dan anak saya dan untuk keluarga saya tentunya.
Hmm, biar deh berantakan tulisan saya ini, tp cukup melegakan untuk mengeluarkan uneg2 yang menggumpal agar tidak jadi sesal jika tidak dituliskan.
Semangat pagiiii :)

Jumat, 14 Februari 2014

Belajar menjadi ibu yang 'Lebih Baik'

Hmm, beberapa hari ini dibuat tertegun sejenak untuk membaca 'perang sosmed' tentang asi vs sufor, mpasi homemade vs mpasi instan dan WM vs FTM. Oke, pengen sih update status tp kuatir banyak pihak yang mungkin 'tersinggung' padahal tidak ada maksud menyinggung sama sekali, hanya ingin berpendapat saja. Jadi, di blog pribadi sajalah saya menulis uneg-uneg saya ini supaya tidak mengundang pro dan kontra :')
Oke, dari banyak kontroversi, saya ingin berpendapat terlebih dahulu tentang yang terakhir, yaitu Working Mom vs Full Time Mother. Saya seorang working mom alias ibu bekerja,yang bekerja jam 7 pagi sampai jam 1 siang. FYI,dalam hal apapun saya bukan orang yg fanatik/saklek, saya belajar toleransi dari kecil sampai sekarang dan saya paham toleransi di sini maknanya luas,artinya saya tidak mau menghakimi/men-judge seorang FTM itu lbh baik daripada WM,atau sebaliknya. Why? krn semua itu pilihan personal, setiap FTM (sudah seharusnya)tahu konsekuensi pilihannya, demikian seorang WM(sudah pasti) tahu konsekuensi pilihannya. Setidaknya saya melihat diri saya sendiri,sebagai WM tidak berarti saya menjadi ibu yang tidak baik, I'll be the best Mom for my baby. Sebelum bekerja saya memandikan sendiri anak saya,memakaikannya baju dengan bernyanyi lalu menyusuinya,menu makannya saya pilihkan(tentukan) dan neneknya yang menyuapi, pulang dari bekerja saya sholat dan makan siang, setelah itu waktu saya total untuk si kecil, mengajaknya bermain, bernyanyi sampai menidurkannya lagi.Setelah dia tidur, apa pekerjaan saya sbg.ibu sudah selesai? belum, saya masih harus pumping (memompa asi) untuk keperluan asip si kecil esok hari baru kemudian belajar/bersiap materi/bahan untuk mengajar besok pagi. Capek? of course, saya manusia biasa sama seperti yang lainnya, tapi saya bahagia dengan pilihan saya. Saya bekerja tidak sekedar mencari uang, tp saya niatkan sejak awal untuk memanfaatkan ilmu karena dalam agama saya ilmu yang manfaat adalah pahala yang senantiasa mengalir meski kita sudah meninggal. Uang dari hasil saya bekerja adalah bonus atas dedikasi waktu, tenaga dan pikiran saya, it work.
Ya sih, saya mesih merepotkan orang tua dan bude2 saya dalam menjaga si kecil selama saya mengajar, tapi itu sudah pertimbangan yang matang dan kami sepakati bersama(saya, suami dan ortu saya tentunya). Mengapa tidak memakai ART? pertama, saya tidak mudah percaya orang terlebih orang baru di luar keluarga, kedua saya orang perfeksionis :)meski saya bekerja, anak saya alhamdulillah lulus S1 asi eksklusif dan lanjut S2 sampai saat ini, mpasi nya juga homemade alias buatan rumah tanpa gula garam sebelum dia berusia 1 tahun, ketiga, keuangan kami belum memungkinkan untuk membayar gaji ART yang mau nurut dengan seabrek peraturan2 saya dalam pola perawatan si kecil,protes dong mereka klo saya rewel luar biasa tp gaji sama seperti ART kebanyakan, bisa2 sehari langsung kabur mereka, hehe.
Saya menghormati siapapun yang memilih menjadi FTM tanpa merepotkan ortu/keluarga lainnya, two thumbs untuk mereka. Mereka jelas punya pertimbangan matang seperti halnya saya yang memutuskan menjadi WM. Intinya, menjadi WM pun saya selalu berusaha menjadi ibu yang lebih baik dari waktu ke waktu, saya tetap bisa melihat tumbuh kembang anak saya, memiliki waktu yang cukup untuk menemaninya belajar/bermain dan lainnya.
Ayo, marilah menjadi lebih bijak dengan tidak saling menghakimi,tidak ada FTM lebih baik dari WM atau sebaliknya Setiap ibu pasti ingin menjadi ibu terbaik untuk anak-anaknya, yang penting berbahagialah dan bertanggungjawablah dengan pilihan itu karena konsekuensinya pada akhirnya ya di anak. Tetap jadilah smart mommy entah itu WM or FTM, yang open minded dalam banyak hal terutama perawatan dan pola asuh anak untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
Be Happy, Moms


Minggu, 09 Februari 2014

Happy Motherhood :)

Pada september 2012, Allah memberiku hadiah terindah setelah orang tua terbaik dan suami terbaik, yaitu kehamilan, artinya sekitar 9 bulan kemudian aku akan mendapatkan seorang anak dari rahimku sendiri, alhamdulillah. Kehamilan ini baru dipercayakan Allah setelah lewat 3 tahun usia pernikahan kami dan sangat dinanti tidak hanya oleh kami tapi juga orang tua karena kami sama-sama anak pertama dalam keluarga yang diharapkan segera mempunyai keturunan.
3-4 bulan pertama morning sickness menyerang dengan hebat, makanan/minuman cuma numpang mampir beberapa menit dan setelahnya keluar lagi, tp untungnya tetep doyan makan meski seuprit dan keluar lagi :D. Masuk bulan kelima, makanan tertentu(nasi padang atau tahu campur) mulai masuk dan itupun hanya di malam hari, pagi-siang makanan yang masuk hanya es krim, UHT atau siomay. Bulan ketujuh nafsu makan mulai menggila, apa aja doyan dan bisa dalam porsi jumbo atau dobel.
9 bulan kehamilan adalah moment indah tak terlupakan, di mana setiap fase aku diserang oleh kegalauan/kecemasan2 tertentu, untungnya banyak teman dan sahabat yang support dan nggak bosen aku inbox/sms untuk tanya ini itu seputar kehamilan. Bahkan, setiap periksa rutin bulanan aku selalu membawa daftar pertanyaan di secarik kertas untuk aku tanyakan pada dokter, sampai suamiku kadang sungkan/malu sama sesama pasein yang antriannya mengular sedangkan aku lama banget di dalam untuk tanya ini-itu demi menghapus kegalauan/kecemasan2ku sendiri. 
Aku menghitung setiap hari, minggu dan bulan perkembangan kehamilanku, usg tiap bulan untuk tahu perkembangan si dia di dalam sini diperutku :). Saat dia mulai bergerak, wow amazing, geli geli lucu dan semakin lama saltonya semakin terasa yahut sampai bikin perut kaku, it's ok Dear no problem. Masuk usia 8 bulan kehamilanku, aku mulai resign dari kerja kantoran di sebuah LBB di Jombang. Pilihan yang sulit sebenarnya,terbiasa mendapat gaji yang lumayan setiap bulan dengan ritme kerja yang santai di lingkungan kantor yang nyaman dan sudah seperti keluarga kemudian harus di rumah saja dengan kegiatan hanya mengajar di sekolah. Membayangkannya sulit rasanya, tapi ternyata pilihan harus ditentukan, toh kalau tidak resign sekarang setelah melahirkan pasti aku akan resign karena tidak tega rasanya meninggalkan si dia yang telah lama di nanti all day long, jadi cepat atau lambat pasti akan terjadi. 
Demi membuatku betah dan nyaman di rumah, suami berlangganan internet supaya di rumah free wifi sehingga aku bisa online di mana saja, sebelumnya kami hanya punya modem sehingga kalau mau online harus gantian, padahal di rumah ada komputer, laptop, tablet yang semua bisa dipakai kalau ada wifi. Semakin banyak waktu aku di rumah semakin aku banyak membaca seputar kehamilan dan semakin banyak pula pengetahuanku sekaligus kecemasan-kecemasanku :'(. Kata temenku sih, mending nggak usah baca deh biar nggak tahu yang aneh2 dan nggak parno  tentang banyak hal, cuek aja. Nah karena dasarnya aku suka baca dan suka online terlebih aku juga ikut komunitas ibu hamil di FB (Mamma Mia, jadi tidak mungkin mungkinlah menutup mata dengan segala informasi baru yang ada. Sharing dengan sesama pejuang Mei (sebutan untuk moms yang HPL nya di bulan Mei dan sekitarnya) lumayan menenangkanku, meski kadang si galau datang lagi kala si dia agak diem (tidak sekatif biasanya). Semakin tua usia kehamilan semakin panjang daftar pertanyaan yang aku bawa tiap kali kontrol ke obgyn dan semakin dag dig dug aku melihat hasil usg,dia ada di dalamku tp tiap bulan aku baru bisa melihatnya meski setiap saat aku merasakan hadirnya, 

to be continue....bocil udah merayap mau sabotase laptop :p

Sabtu, 08 Februari 2014

Komunitasku, 'Aku Ingin Hamil' masuk kompas TV ^_^

Kemarin,saat online dan membuka facebook(tentunya:))beberapa teman memberitahukan bahwa AIH (Aku Ingin Hamil)akan tayang di kompas TV,dengan Rafeila Reggie sebagai founder dan ouwner grup/komunitas yang diwawancarai.
AIH adalah komunitas yang aku ikuti sejak 2010 (sekitar hampir setahun menikah) atas ajakan teman yang sama-sama ingin hamil dan belum juga hamil sampai saat itu.Masuk menjadi member AIH adalah sesuatu yang mungkin dianggap lucu/aneh oleh sebagian orang,karena banyak alasan, setidaknya aku pernah dengar komentar dari beberapa teman yang mengeryitkan dahi sambil bertanya : pengen hamil kok ada grup-nya sih atau kok ada ya yang pede pengen hamil sampai dipublikasikan di FB, ada ada aja elok nih. Oke, terserah apa kata mereka, bagiku AIH adalah tempat curcol paling TOP BGT, karena di AIH aku berkenalan dengan sesama perempuan yang senasib (pengen hamil tp belum hamil) sehingga sama2 berempati-bukan mencibir,sharing tentang program hamil)promil),tes/cek kesehatan pasutri untuk promil,pengobatan alternatif untuk promiil, pola makan dan diet yang sehat untuk jaga kondisi tubuh, bagimana menanggapi lingkungan yang kadang 'kejam' menghujat perempuan yang belum hamil dengan istilah mandul, dsb dan yang terpenting dari semua itu di AIH adalah rumah baru dengan keluarga baru.
Kami memang berkenalan di dunia maya,meski ada jg yang real friend di dunia nyata, tapi kedekatan kami tak kalah dengan sahabat semasa SMA atau kuliah dulu. Mungkin karena kesamaan nasib dan harapan kami ikatan  kami terbentuk.AIH tidak hanya sekedar komunitas FB saja,banyak kegiatan sosial yang dilakukan di berbagai daerah,meski sementara seringnya masih di kota2 besar seperti Jakarta,Surabaya dan Yogyakarta.
Semoga AIH semakin jaya dan dapat menjadi rumah baru bagi siapa saja yang mempunyai keinginan hamil dan ingin sharing tentang masalah seputar kehamilan

F i n a l l y . . . .

Akhirnya....bisa juga masuk blog ini lagi setelah lupa akun dan password untuk ke-sekian kali.Hmm, nulis apa ya enaknya?
tik tok tik tok
one two three
ji ro lu
I have no idea for now, setidaknya mengawali 'masuk kembali' ke dalam blog dengan sungguh2 mengingat password, supaya tidak lupa lagi, hihi.